Kamu suka sekali dengan pisau serbaguna bermerek Victorinox itu. Kamu memilikinya sejak lama. “Aku pikir, hampir semua laki-laki seumuranku menyukainya. Kita hidup di jaman McGyver” Kamu menggunakan pisau itu untuk banyak hal, menemanimu naik gunung di masa silam, juga dalam traveling di masa kini, membantumu di kos-kosan dan di kontrakan. Kamu sangat mengandalkannya. Lalu tiba […]
100kata8
Awan
Di ujung semesta. Kita terbangun jam 5.45. Kamu membuka jendela, hari sudah terang. Aku melompat, mengetahui kita terlambat menyaksikan matahari terbit malu-malu. “Awan kelabu. Meski kita bangun lebih awal, kita tak bisa menyaksikan matahari terbit” serumu. Tak mengapa. Kita sudah terbiasa jika hal terjadi tidak sesuai kehendak. Kita kemudian berjalan-jalan pagi menghirup segarnya udara pegunungan […]
Maaf
Aku punya dua maaf di sore itu, di sebuah sore di hari bintang, tujuh tahun silam. Maaf yang pertama, kusampaikan di Plaza Semanggi, setelah aku naik bis dari Mampang ke Senayan; setelah berjalan beriringan dengan penjual siomay di bawah kolong jembatan; setelah menaiki tangga penyebrangan. Kusampaikan maaf yang pertama di sore itu kepadanya, karena aku […]
Ayunan
Aku berusaha mencari kenangan kita akan ayunan. Ayunan beragam jenisnya. Tak ada kenanganku padamu tentang ayunan biasa. Yang muncul adalah kincir ria raksasa, Giant Ferris Wheel. Kita mengenalnya dari Before Sunrise. Terletak di pelataran taman Wurselprater di kota cantik Wina, kincir ria raksasa itu memang tempat yang paling cocok untuk kecupan pertama Jesse dan Celine. […]
Rumput
Sahabatku, Kamu masih ingat dia? Dia yang tahu cerita utuh kita, sekitar tujuh tahun yang lalu. Bukan sekedar tahu, dia hadir di sana. Di sana, di desa di lereng Gunung Lawu. Hari masih sangat pagi ketika kita memutuskan untuk turun dari bis yang menuju ke air terjun Grojokan Sewu. Kita turun lalu berjalan kaki, pergi […]
Jendela
Delapan tahun lalu, siang hari. Aku sedang di kampus ketika sms darimu datang, “Bisa bertemu di kedai kopi biasanya?” Kedai kopi sedang sepi. Aku datang lebih dulu. Tak lama berselang kamu datang dengan wajah sendu. Awalnya basa-basi. Lalu setelah ada dua cangkir kopi, kamu mulai bercerita. Tentang hal yang tidak kusangka, cerita tentang luka. Luka […]
Buku
Pagi itu aku membuka hari dengan penuh ucapan syukur, usiaku dua puluh tiga. Belum sempat aku sarapan pagi, terdengar deru motormu, si kayu bakar. Aku bergegas ke luar rumah sebelum ibuku yang ke luar dan menyapamu dengan: “Lho, sudah datang lagi? Bukannya baru pulang jam 1 ya semalam!” Kamu tersenyum lebar. Belum pernah aku melihat […]
Baju
Ada saat ketika hampir semua kaosku berwarna putih. Aku suka sekali kaos putih, membuatku yang kurus ini tampak lebih berisi. Tapi ketika aku bertemu kamu, sahabatku, semua kaosmu berwarna hitam. Padahal kamu juga kurus! Ketebalan daging kita hanya selisih 2mm. Bolak-balik aku menghasutmu membeli kaos putih dan mengkuliahimu ilmu busana satu-satunya yang kuketahui: baju hitam […]
Pelukan
Sahabatku sayang, Aku baru menghadiri makan malam sebuah perpisahan dengan teman kantor. Suasananya sedih. Beberapa muram menggantung, lalu perpisahan diakhiri dengan pelukan demi pelukan. Sejenak ingatanku melayang pada sebuah peristiwa delapan tahun lalu, di salah satu kedai kopi di Gejayan. Hari itu aku menerima kabar yang membuat hatiku sedih tak terkira. Aku lupa bagaimana cara […]
Sayap
Setelah KKN usai, kita berada di depan gerbang kelulusan. Namun kita belum bisa terbang. Di pintu gerbang, masih ada skripsi yang menghadang, kelulusan belum bisa kita genggam. Ingatkah kamu, di tengah kita sedang berkutat hebat dengan skripsi kita? Sambil berpeluh keringat menghadapi segala diktat, kita sesekali saling menyelipkan kata-kata semangat: dalam malam kelam, dalam siang […]