Delapan tahun lalu, siang hari. Aku sedang di kampus ketika sms darimu datang, “Bisa bertemu di kedai kopi biasanya?”
Kedai kopi sedang sepi. Aku datang lebih dulu. Tak lama berselang kamu datang dengan wajah sendu. Awalnya basa-basi. Lalu setelah ada dua cangkir kopi, kamu mulai bercerita. Tentang hal yang tidak kusangka, cerita tentang luka. Luka akibat masa lalu.
Sudah lazim jika sebuah luka ditutup rapat, dengan plester atau perban. Luka tidak cantik, tidak untuk dipamerkan. Tapi siang itu kamu tunjukkan lukamu.
Mungkin kamu hanya lelah menahan sakitnya sendirian.
Lalu kamu mulai membuka diri, membuka jendela hidupmu.
Tapi hanya jendela.
Bukan pintu.
Latest posts by virtri (see all)
- Soalnya… - 19 October 2020
- My life after not living in a corporate world anymore - 9 August 2020
- Kata Kelana di Kita - 5 August 2020