Sekolah Asik, Biaya (setengah) Gratis

Tidak seperti banyak sahabat saya yang melanjutkan kuliah hingga S2, beberapa bahkan S3, saya hanya mengantongi S1.

Pernah saya ingin lanjut ambil master sambil kerja, tapi pilihannya adalah kuliah malam hari di hari kerja setelah lelah seharian bekerja, atau kuliah di akhir pekan yang berarti mengambil jatah waktu saya untuk traveling atau untuk melakukan hobi dan kesenangan saya lainnya yang selalu ampuh mengembalikan energi saya. Jadi, kerja sambil kuliah bukanlah pilihan.

Jika berhenti bekerja dan fokus hanya untuk kuliah, rasanya tidak rela juga. Saya juga tidak telaten untuk mencari dan mendaftar beasiswa. Saya suka bekerja dan suka dengan hasil dari pekerjaan saya (dan tim saya). Saya suka melihat hasil kerja keras kami yang terlihat dari tingginya sales, market share, profit, atau bentuk nyata dari produk, iklan, kampanye yang kami keluarkan, dan juga ketika konsumen atau ada orang-orang yang merasakan manfaat dari hasil kerja kami. Dan buat saya pribadi, hasil yang saya terima di tanggal 25 setiap bulannya, itu yang tidak mudah saya lepaskan, hehehe.

Padahal saya suka sekali kuliah. Belajar rasanya begitu mengasyikkan! Mengetahui hal-hal baru, menganalisanya, mendiskusikannya, dan mengerjakan proyek-proyek yang terkait dengannya. Untuk menyenangkan hati, saya selalu berpikir bahwa saya selalu belajar hal baru ketika bekerja. Toh itu memang benar adanya. Apalagi ketika mendapat kesempatan berpindah-pindah divisi, posisi, dan perusahaan. Ilmu yang dipelajari ketika bekerja adalah ilmu terapan. Langsung praktek sambil belajar. Sukses atau tidaknya penerapan ilmu, hasilnya akan terkonversi ke jumlah bonus yang didapat. Bonus yang didapat terkonversi ke jumlah traveling yang dilakukan. Eh.

Setelah sekian lama bekerja, akhirnya saya “sekolah” lagi di sini. Kursus Bahasa Jerman sekaligus kursus integrasi untuk hidup di sini. Oleh karena kursusnya berlangsung intensif setiap hari Senin hingga Jumat, selama kurang lebih 4 jam, kursus dikenal sebagai sekolah. Ada 3 jenjang yang mau saya ceritakan di sini.

Hari pertama Kursus (sebelum ada pandemi)

Pertama, kursus bahasa tingkat awal, level A1 hingga B1. Saya ambil kelas intensif yang masing-masing levelnya berlangsung selama 2 bulan, sehingga total waktu belajar selama 6 bulan, dan diakhiri dengan ujian akhir. Ujiannya gampang-gampang susah. Ujian tulis, mulus tanpa cela! Tapi di bagian ujian lisan, sempat gak lulus donk saya! Hahaha. Untung bisa mengulang dan bisa lulus juga.

Belajar bahasa merupakan hal yang menarik buat saya. Sewaktu SMA saya mengambil Jurusan Bahasa, jurusan yang masih dipandang sebelah mata hingga saat ini. Pada saat itu saya juga sempat belajar Bahasa Jerman tanpa menyangka akan berguna di kemudian hari. Karena tidak menyangka dan tidak digunakan selama hampir 20 tahun, jelaslah saya sudah lupa. Namun saya semangat kali ini untuk memulainya lagi karena bahasa ini akan sangat berguna dalam keseharian saya di sini, tidak seperti di kala SMA yang hanya suka mengumbar ich liebe dich-nya saja, hehe.

Teman sebangku (macam di sekolah 😆) sewaktu kursus A1-B1 dan Integrasi

Kedua, kursus integrasi hidup di Jerman. Diperuntukkan khusus untuk mereka yang memang ingin tinggal dan hidup dalam jangka waktu yang lama di Jerman. Meskipun kursus integrasi ini hanya berlangsung sebentar, tapi yang dipelajari menarik sekali. Rela saya jika programmya dibuat lama. Politik, sejarah, sosial dan budaya dikupas selama sebulan di dalam kelas dan dalam ‘study tour’ kami keliling kota sehari (sesaat sebelum datang pandemi). Tentu saja karena singkat waktunya, yang dipelajari pun permukaannya saja. Di akhir program, ada juga ujiannya. Tapi ujiannya tidak sebanding dengan ujian bahasa. Gampanglah ujian integrasi ini! (Sombong! Hahaha)

Kursus B-2 yang akhirnya banyakan di rumah

Ketiga, Kursus Bahasa Level B2, yang saat ini sedang saya geluti sehari-hari. Pada level ini, kursus idealnya berlangsung selama 4 bulan jika tatap muka langsung. Karena pandemi, kelas pun menjadi online dan setiap harinya hanya 3 jam, sehingga total waktu yang dibutuhkan menjadi 5 bulan. Di akhirnya nanti, tentu saja ada ujiannya juga. Semoga saya bisa melewatinya dengan lancar.

Beda dengan sebelumnya, tema-tema yang dipelajari di level B2 menjadi lebih luas dan dalam. Ah, mengasikkan sekali buat saya. Dan tugas-tugasnya pun sama sekali tidak memberatkan saya, justru sebaliknya begitu menyenangkan.

Pada tugas pertama, kami diminta untuk menulis tentang negara kami masing-masing karena latar belakang negara tiap murid beragam. Lalu ada tugas untuk membuat puisi, membuat lirik lagu, membuat tulisan dan opini untuk menanggapi artikel tentang keuntungan/kerugian multi-lingual untuk anak-anak, tentang kesetaraan gender, tentang stres dalam dunia kerja, atau dampak musik dalam belajar dan bekerja. Belum lagi tugas untuk meriset warna dan membuat tebak-tebakan dari hasil riset kami. Ada juga tugas untuk membuat presentasi salah satu warisan dunia (World Heritage) yang dilindungi Unesco dan juga salah satu peristiwa besar yang terjadi di negara kami masing-masing.

Tidak hanya tugas-tugasnya yang menyenangkan, tapi presentasi dan diskusi-diskusinya juga menarik. Pada level ini kami sudah punya cukup bekal kosa kata dan tahu bagaimana menyusun kalimat. Jadi, meski tata bahasa kami masih amburadul, kami mulai terbiasa menyampaikan pendapat. Dan karena „murid-murid“ peserta kursus berasal dari berbagai negara, pandangan yang disampaikan sangat beragam.

Setengah Gratis dan Gratis!

Kursus Bahasa Tingkat Awal dan Kursus Integrasi saya, setengahnya dibiayai pemerintah Jerman. Maksudnya adalah, saya harus membayar seperti biasa dulu setiap bulannya selama kursus berlangsung. Setelah kursus berakhir lalu ujian, dan hasilnya lulus, bisa mengirim aplikasi untuk penggantian biaya sebesar 50%. Asik yah.

Menurut saya, ini adalah cara yang efektif dari pemerintah untuk menarik para pendatang untuk ikut program integrasi agar komunikasi dan adaptasi di negara ini lebih mudah. Keuntungannya tentu saja untuk kedua pihak.

Pada kursus lanjutannya, yakni Kursus Level B2, ada program lainnya dari pemerintah yaitu Kursus Level B2 yang terkait dengan pekerjaan (Berufsbezogene), yang sedang saya ikuti kali ini. Kali ini 100% biaya ditanggung pemerintah melalui Agentur der Arbeit dan Job Center. Mereka ini adalah kantor yang salah satu fungsinya untuk memberikan dukungan pada para pekerja di negara ini. Dukungan berupa informasi (dan wejangan) mengenai lowongan pekerjaan yang sesuai dan memberi dukungan finansial dalam bentuk pendidikan (dalam hal ini termasuk kursus) supaya para pencari kerja ini lebih diterima di pasar atau sesuai dengan permintaan di lapangan. Luar biasa ya bentuk dukungannya. Saya serasa kuliah dapat beasiswa.

Sebenarnya wajar sih karena kondisi ekonomi negara ini yang surplus. Tapi menurut saya luar biasa karena fokus investasi pemerintah tepat: pendidikan, baik untuk warga negaranya ataupun pendatang yang jadi penduduknya saat ini. Nantinya toh hasilnya kembali ke mereka. Maksudnya, jika setelah mendapat pendidikan/kursus/keahliian yang dibutuhkan dan bisa bekerja, pajak penghasilan (yang tinggi!)-nya kan kembali ke negara. Hehehe. Lagi-lagi, untung untuk kedua belah pihak.

Sejauh ini, lumayan tercapai keinginan saya untuk merasakan asiknya sekolah lagi. Nanti kita lihat, pekerjaan apa yang menunggu saya setelah ini? Atau akankah saya tertarik kembali ke bangku kuliah di negeri ini? Qué será será, was sein wird, wird sein!

virtri
Latest posts by virtri (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.