Ketika merencanakan jalan-jalan ke Australia akhir Desember hingga awal Januari tahun lalu, Melbourne dan Sydney adalah dua tempat yang sudah ada dalam daftar.
Melbourne karena ada sahabat yang ingin kami kunjungi dan karena kami ingin penasaran dengan kota yang mendapat predikat menjadi kota yang paling nyaman ditinggali. Sedang Sydney karena kami ingin menghabiskan pergantian tahun di tengah kemeriahan kota.
Tapi ketika sudah mengantongi cuti untuk 12 hari perjalanan ke negeri kangguru, rasanya kok sayang ya cuma dihabiskan ke dua kota. Mengikuti saran para sahabat, kami akhirnya pergi ke Tasmania.
“Tasmania itu KW2-nya New Zealand, Vir!”
Kurang lebih begitu promosi para sahabat mengenai Tasmania.
“Biar kamu ga norak pas nanti kamu ke New Zealand, Vir!”
Kalimat yang barusan ini sih cukup kurang ajar. Meski itu memang penggambaran yang tepat. Setiap saya ke tempat baru terutama yang pemandangannya menakjubkan, saya suka norak. Saya bisa meloncat-loncat kegirangan dan senyum-senyum sendiri lalu langsung membagi pengalaman yang ada ke teman-teman lewat media sosial.
Setibanya kami di Hobart International Airport, kami langsung mengarah ke tempat persewaan mobil Hertz. Sebelumnya kami sudah memesan via internet sewa empat hari mobil Hyundai ukuran mini yang ukurannya cukup untuk kami berdua dan harga sewanya cukup dengan kantong kami berdua.
Melakukan perjalanan darat di negeri orang, di tempat dengan alam yang menakjubkan, ada dalam to-do-list saya. Kami sudah menyiapkan diri dengan mengantongi SIM Internasional (cara buatnya bisa klik di sini).
Ah, menyewa mobil memang pilihan yang sangat tepat! Mulai dari ke luar bandara, kami dibuat ternganga oleh pemandangan Tasmania. Dan karena kontur dan pemandangannya kerap berganti: bukit, gunung, hutan, pantai, ladang, peternakan, rimbun pepohonan, hamparan padang, kami memastikan diri lalat tidak masuk ke mulut kami yang selalu terbuka dan berdecak kagum.
Ketika saya mengatakan menikmati perjalanan di Tasmania, itu benar-benar literal menikmati jalan demi jalan di sana. Tanpa jadwal perjalanan yang detail dan karena kami menyewa mobil sendiri, kami tidak jarang berhenti sejenak untuk menikmati tempat-tempat yang menggoda kami untuk berfoto di situ atau sekedar melepas lelah.
Pulau cantik ini hanya berpenduduk 500ribu orang saja! Sebagai perbandingan, Depok dan Bekasi masing-masing penduduknya 2 juta orang, Bogor 5 juta orang, Jakarta 10 juta orang. Jadi, jumlah penduduk mereka tergolong sedikiiit sekalii!
Menariknya, di sepanjang perjalanan kami yang melewati rumah-rumah penduduk yang sedikit itu, kami menemukan kotak pos yang unik-unik di depannya. Keren sekali jika mereka masih mempertahankan budaya berkirim surat tradisional.
Ada dua kota besar di Pulau Tasmania, Hobart dan Launceston. Oleh karena kami hanya punya empat hari di sini, kami membaginya dengan dua hari di Hobart dan dua hari di Launceston.
Di Hobart, kami ke Port Arthur, bekas penjara yang menyimpan banyak kisah haru mereka yang dibuang. Reruntuhan, bangunan, dan tamannya dilestarikan dengan baik, dijadikan salah satu warisan dunia sehingga setiap orang bisa belajar tentang sejarah asal-usul orang Australia.
Selain Port Arthur, sempatkan diri untuk mampir ke MONA, Museum Old and New Art di Hobart. Ada apa aja di sana? Baca ini yah. Kakilangit sudah menulis cerita kami di MONA. Jika sudah puas berkeliling MONA, keluarlah dan nikmati sejenak pemandangan Kota Hobart dari area luar MONA.
Satu lagi yang tidak boleh ketinggalan di Kota Hobart, adalah pergi naik gunung ke Mount Wellington! Jangan khawatir, kamu tidak akan terengah-engah dibuatnya. Kita tidak perlu hiking. Cukup mengendarai mobil selama kurang lebih satu jam dari kota, lalu sampai deh ke puncak Mount Wellington.
Beda kota, beda cara menikmati gunungnya. Di Launceston, terdapat Craddle Mountain yang menyediakan berbagai jalur trekking yang bisa dipilih sesuai keinginan dan kemampuan.
Kami mengambil jalur medium cenderung ringan trekking Dove Lake Circuit. Suguhan pemandangan selama kami berjalan sangat kaya, memanjakan mata.
Jika Tasmania adalah KW2-nya New Zealand, sungguh saya tak sabar untuk bisa pergi dan menikmati New Zealand!
- Tato - 28 February 2024
- Pandemi berakhir! - 22 July 2023
- Rutinitas Baru - 19 June 2023