Rumahku adalah istanaku.
Membayangkan rumah yang kami huni saat ini sebagai istana rasanya tidak pas. Istana identik dengan kemegahan, kemewahan, harta dan kuasa. Itu jauh sekali dengan gambaran Ruci, RUmah keCIl kami.
Iya, rumah kami super mungil. Hanya berukuran 28m² saja luasnya. Rumah yang seukuran sebuah kamar tidur saja. Supaya tidak nampak seperti kamar kos, rumah ini dijual sudah tersekat. Jadi, terjual dengan nama unit 1 kamar tidur, bukan unit studio. Meski ukuran luasnya hampir sama, rupanya penyekat ini membuat harganya cukup lumayan (jika ingin dijual lagi kelak :))
Kami memang tidak berencana untuk membangun sebuah rumah dengan halaman di ibukota ini. Kami mendambakan rumah cantik berhalaman luas di Jogja. Tapi sambil kami mengumpulkan sebakul nasi, hari demi hari di ibukota ini, rasanya sayang jika menyewa sebuah rumah. Jadi, memiliki Ruci adalah pilihan yang bijaksana.
Kami mencintai Ruci kami. Dia memang tidak megah dan jauh dari mewah. Tapi dia nyaman sekali. Kami tidak meminta agen desain interior untuk mendandaninya dalam sekejap mata sebelum kami menempatinya. Alasannya sederhana, pada saat itu kami sudah tidak punya uang lebih lagi, hehe. Oleh karenanya, isi Ruci kami tambah satu per satu.
Penghuni pertama adalah tempat tidur dan lemari pakaian. Diikuti oleh kitchen set yang mini, lalu rak buku besar yang memenuhi satu bagian dinding kami. Lalu televisi, meja dan kursi mini di pojokan kamar untuk bekerja. Tak lama kemudian hadir kulkas mini. Penghuni terakhir yang masuk adalah serba-serbi penanak nasi, panci, mesin pembuat kopi dan panggangan mini. Aah, perabotan ini sudah lebih dari cukup untuk mengisi Ruci kami.
Dan kami suka sekali menghias Ruci agar dia semakin cantik dan apik tiap harinya. Di bulan-bulan pertama kami memiliki Ruci, kami menghias dindingnya dengan wallpaper daun mapple hijau dan beragam gambar kecil yang lucu. Demikian juga dengan jendelanya, kami juga menghiasnya dengan siluet daun mapple. Baru-baru ini, kami menambahkan sebuah rak buku mungil menggantung di dinding, papan tulis mungil, dan sebuah pigura hijau muda. Ruci kian menawan sekarang.
Kehadiran pernak-pernik lucu yang kami beli ataupun kami dapatkan dari sahabat-sahabat dan teman-teman, membuat Ruci semakin menyenangkan untuk dihuni dan menarik untuk diabadikan lewat kamera. Sebut saja si Lolo, boneka kodok besar empuk berbulu halus; si Danbo, boneka kardus dari sebuah komik; gitar; penggiling kopi kecil; puzzle bundar; cantelan unik; cangkir bersayap; ataupun tatakan gelas sulam.
Ruci bukan istana, Ruci adalah rumah.
Rumah cantik tempat membuka mata di pagi hari dengan perasaan bahagia, tempat yang dinanti setiap malam untuk melepas penat setelah bekerja dan berkarya di ibukota, tempat tujuan setelah kaki berjalan-jalan dan bertualang, tempat yang nyaman untuk bersantai di akhir pekan.
Ruci adalah rumah, tempat kami pulang.
- Tato - 28 February 2024
- Pandemi berakhir! - 22 July 2023
- Rutinitas Baru - 19 June 2023
Cerita mbak ttg Ruci sungguh mengundang minat untuk berkunjung dan duduk sejenak melepas lelah sembari mencoba mencuri inspirasi dari beberapa pernik yg tampaknya memiliki kisah di balik keberadaan mereka di rumah kecil ini.
Sementara menanti undanganmu mbak, proficiat untuk kreafitasnya menyulap setiap sudut menjadi istana istana kecil.
RuCi. RUmah CInta.
🙂
Mbak Emmy, terima kasih telah mampir di Dunia Luna 🙂 Ruci jadi cantik berkat mbak emmy juga! Tuh lihat di gambar, ada kotak kayu natal cantik di atas mini oven pemberian mbak emmy 🙂
Monggo mampir 😀
Iya, Idaaaa! Terima kasih juga buat coasters darimu 🙂
28 meter persegi mungkin, mba 😀 😀
Sederhana tapi bermakna 😉
Hihihi, iya, makasih ya koreksinya ?
sukaaas bacanya n membayangkannya
Aw aw! Thanks! ☺️