Target

Kamu tahu, ini tulisan saya yang ke 100 di Dunia Luna lho!

Antara senang dan sedih. Senang akhirnya mencapai angka 100, tapi sedih karena kalau dipikir-pikir, ternyata baru 100 tulisan saja! Huhuhu. Saya yang mengaku suka menulis hanya menghasilkan 100 tulisan dalam 5 tahun-an blog saya. Artinya setiap tahun saya hanya menulis sekitar 20 tulisan. Awal tahun lalu, saya sempat memiliki resolusi untuk menulis setidaknya seminggu 1 tulisan supaya saya bisa terus belajar menulis. Artinya sebulan saya bisa mendapat 4 tulisan. Tapi faktanya, saya hanya bisa menulis sebulan 1-2 tulisan saja. Saya sempat sedih karena target saya tidak terpenuhi.

…

Beberapa hari yang lalu, saya menghabiskan malam saya bersama seorang sahabat di sebuah kedai kopi di salah satu mal. Kami, dua orang perempuan single yang cantik dan menawan ini (eh!), bercakap-cakap tentang hal-hal remeh temeh hingga hal-hal yang serius.

Berawal dari sahabat saya yang berkomentar tentang seorang sahabat kami yang lain yang sudah menikah, sahabat saya berkata, “Ah, dia sudah menang, 2 langkah lebih maju dari kita, Vir! Dengan usia yang sama dengan kita, dia sudah menikah dan dia sudah memiliki anak. Sedangkan kita?”

“Ada apa dengan kita?” Saya tidak setuju dengan pernyataan sahabat saya dan terusik karenanya (terusik dan sensitif bersaudara tidak ya? Hehehe)

Menurut saya, tidak ada yang menang, tidak ada yang kalah untuk urusan ini. Setiap orang punya targetnya mereka masing-masing untuk urusan ini dan tidak pas jika dibandingkan dengan orang lain, apalagi dengan ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat. Jika perempuan umur sudah 30 dan belum menikah, masyarakat akan berpikir bahwa si perempuan adalah seorang yang pilih-pilih pasangan hidup atau seorang yang gila kerja. Pun jika benar pemikiran masyarakat, ada yang salah dengan itu? Tidakkah pasangan hidup memang harus dipilih dengan baik (dan bukan karena keadaan) dan pilihan suka bekerja dengan tujuan tertentu adalah sah adanya.

Tidak ada jaminan jika seseorang cepat menikah di pertengahan usia 20 dan segera memiliki anak kemudian mereka lebih berbahagia dibandingkan dengan mereka yang menikah di usia 30-an atau 40-an atau mereka yang tidak memiliki anak. Bisa jadi sebaliknya. Namun tidak ada yang bisa menjustifikasi juga bahwa mereka yang menikah muda tidak bahagia karena masa mudanya direnggut. Banyak contoh membuktikan sebaliknya. Lagi-lagi, tidak ada ukuran standar untuk itu.

Waktu saya masih sekolah, saya memiliki target untuk menikah di usia 25 tahun (25 tahun, saudara-saudara!). Gabungan antara pilihan dan keadaan (hehehe) membuat saya tidak bisa mencapai target tersebut. Tapi saya tidak pernah menyesalinya dan sebaliknya, saya belajar banyak hal karenanya.

Bahwa target memang sesuatu yang menyenangkan untuk dikejar. Membuat kita lebih semangat, lebih hidup dalam menjalani hidup. Namun hidup sering kali tidak selaras dengan keinginan kita, mimpi kita, target kita. Jika pun ada hal-hal yang belum atau tidak bisa saya raih, dunia tidaklah berakhir. Belajar dari hidup, membuat target-target berikutnya, dan tetap berbahagia; adalah hal-hal yang biasanya saya lakukan.

…

Kembali ke dunia tulis-menulis, sedih memang target saya belum tercapai. Tapi sedih saja tidak membuat mukjizat, misalnya tiba-tiba muncul tulisan saya di blog tanpa saya menulisnya (hihi, kok serem ya!). Tulisan ke-100 ini mengingatkan saya untuk belajar lebih disiplin dalam mencari waktu menulis, untuk terus menyemangati diri dalam belajar menulis, dan untuk tetap tidak lupa berbahagia (karena saya tetap bahagia sejauh ini, meski saya belum bisa displin menulis, tapi saya cukup disiplin dalam jalan-jalan, #eh!).

virtri
Latest posts by virtri (see all)

8 thoughts on “Target

  1. wah, kamu lebih baik dibanding aku, belum sampe 100 tulisanku. cuma di fb sudah 120an sih. hehehe…..
    entah dirimu ya, tetapi kadang salah satu yg membuat mikir2 kalo mau nulis adalah beban moral yg kita tanggung. jadi gak cuma sekedar nulis, tp tetap harus mikir apa dampaknya tulisan tersebut ke khalayak. tul gak?

  2. terima kasih ilma 🙂

    iya, mbak.. jangankan nulis di blog, nulis status fb ato twitter aja, aku sering mikir2 kok akan dampaknya. tapi biasanya mikirku itu telat, mikir ketika sudah di-share! 😀
    demikian pula dengan bahasa lisanku. ngomong, nyela, nyinyir dulu, baru deh mikir! *gubrak! lalu menyesal! :p*

  3. Targetku dulu untuk urusan kawin mawin, 28 tahun paling cepat…hahahhaa jadi emang udah niat ngga mau cepat-cepat….Sekarang setelah lebih 28 tahun masih juga belum kepikiran untuk nikah…untung bikin targetnya paling cepat tanpa batasan paling lambat hehehehehe diplomasi target banget yak…

    Btw…selamat untuk tulisan ke-100-nya….Menarik juga idenya 😀

  4. Di WP itu ada fasilitas kalender. Itu juga bebas aja mau dipakai/gak. Gak tau kenapa aku terpacu tiap liat angka2 di kalender itu. Setiap hari akan berganti jadi warna merah kalo pas tanggalnya. Tapi nanti balik lagi jadi putih kalo udah lewat. Begitu juga yang ada tulisannya akan berwarna merah. Nah… aku tuh semangat untuk memerahkan angka2 itu, yang artinya aku semangat juga untuk menuliskan sesuatu di dalamnya.

    Tentu saja, sesuai dengan visi dan misiku bikin blog (ta’elah…!) segala sesuatu yang ditulis dan diterbitkan harapannya dapat mambawa dampak yang baik dan membangun bagi yang membaca.. Itu yang rada susah, hehehhehe… secara kan kita sebelas dua belas dalam hal berkata-kata… haha! Tapi gak ada yang salah dengan terus mencoba.

    Yang menjadi kesulitanku adalah…. kurang disiplin menyediakan waktu untuk menulis dan… KONEKSI INTERNET!!!! hehehhe…. 🙂

  5. Iyaaa ida, kamu sangat rajin dan jauh lebih disiplin utk menulis dibanding aku! Teruslah menginspirasi! 🙂

Comments are closed.