Aduhai Shanghai!

“Carilah ilmu sampai ke negeri Cina!”

Kira-kira sebulan lalu, saya memang mencari ilmu sampai ke negeri Cina. Maksudnya, saya dikirim kantor untuk ikut salah satu training yang semoga berguna untuk pekerjaan saya. Hehe. Training tersebut memakan waktu 4 hari dan total hari kami di sana 5-6hari. Jika hanya dihabiskan untuk training di hotel rasanya sayang, bukan? Banyak hal-hal yang aduhai indah dan mengasyikkan di Shanghai.

Saya dan sahabat saya, Natalia, pun berhasil memanfaatkan waktu kita sebaik-baiknya untuk jalan-jalan melihat cantiknya kota “atas laut” itu (shang: atas, hai: laut). Sewaktu kami ke sana, sedang berlangsung Shanghai Expo. Seru deh! Tapi yang jauh lebih seru adalah pengalaman kami bersentuhan dengan kota ini, orang-orangnya, dan tempat-tempat cantik di dalamnya.

Ya, ini adalah pengalaman kami ke Shanghai. Tanpa ‘lonely planet‘ di saku, namun berbekalkan info seadanya dari internet dan buku poket ‘Latihan Percakapan Harian Mandarin‘, kami pun melangkah dengan percaya diri. Hasilnya? Tentu saja kami terbentur sana-sini! Hehehe. Nah, berikut saya bagi-bagi sedikit tips jika kamu hendak berpergian ke Shanghai.

Bahasaku bukan bahasamu

Fiuhhhhhhhhh… Ini adalah kendala terbesar kami di kota ini. Mereka yang berbahasa Inggris sulit sekali kami temui di tempat-tempat umum. Di hotel, bandara, dan beberapa tempat wisata lumayanlah. Tapi di restoran, taksi, supermarket, jalan raya, dan tempat-tempat lainnya? Huaaah, kami geregetan rasanya.

Sulit sekali berkomunikasi ketika kami berbicara bahasa Inggris dan mereka berbahasa Mandarin. Semakin susah ketika kami menggunakan aksara latin dan mereka tidak mengerti aksara tersebut. Buku saku mengenai percakapan bahasa Mandarin yang saya bawa, sulit sekali diaplikasikan di negeri ini. Penulisan dan cara bacanya begitu berbeda. Ketika kami mengetahui cara bacanya, intonasi pun harus dipertimbangkan. Oleh karena sulitnya bahasa tersebut, kami hanya menguasai beberapa kata yang bisa dihitung dengan jari sampai kami di hari kami pulang.

Adalah bahasa tarzan atau bahasa tubuh yang sering kami praktekkan di sana. Bahasa ini ternyata cukup bisa dimengerti secara universal. Tapi bahasa itu pun punya banyak keterbatasan. Untuk mencari restoran, kita bisa bertanya ke orang-orang di sana dengan menggerak-gerakkan tangan ke arah mulut. Untuk mencari hotel atau penginapan, kita bisa bertanya dengan menyatukan tangan kanan dan kiri, menaruh kedua tangan kita di samping telinga dan memejamkan mata. Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara mencari toilet?

Ke sini dan ke sana

Di Shanghai kamu bisa berjalan-jalan menggunakan kereta MRT atau taksi. Taksi menjadi pilihan kami kemarin karena sifatnya yang lebih fleksibel. Lagipula, taksi di Shanghai tidak terlalu mahal kok. 3km pertama harganya tetap 12 RMB atau China Yuan (1 RMB = Rp. 1350 ketika kami di sana). Jangan ambil transportasi khusus atau mobil dari bandara atau hotel ya. Harganya bisa 2-3 kali lipat harga taksi biasa.

Supir taksi di sana hampir semua tidak bisa berbahasa Inggris. Jadi, jangan lupa sediakan catatan bertuliskan huruf Mandarin yang menjadi tempat tujuanmu. Peta dengan huruf Mandarin pun juga berguna. Kamu tinggal tunjukkan tempat tersebut. Jika hotel atau penginapanmu punya kartu nama, ada baiknya itu dibawa terus dan ditunjukkan ke supir taksi jika kamu mau pulang.

Jika naik taksi, jangan sok-sok menyapanya dengan ‘Ni Hao!’ atau yang berarti ‘Halo!’. Karena ketika kamu menyapanya dengan demikian, dia akan mengira kamu berbahasa Mandarin dan dia akan menyerocos dengan Bahasa Mandarin untuk bertanya tujuanmu dan bertanya-tanya padamu dalam bahasa yang tidak kamu pahami itu. Jika hal ini kamu alami, cukup katakan ‘Wo bu zhidao‘ artinya ‘Saya tidak tahu’. Daripada mengucapkan ‘Ni Hao‘ di awal, lebih baik kamu ucapkan ‘Xiexie’ (terima kasih) di akhir. Dia tidak mungkin menyerocos padamu setelah kamu turun dari taksi bukan? 🙂

Hostel atau hotel?

Kalau ini tentu saja tergantung tebal tipisnya dompet kamu 🙂 Ketika kami di sana kemarin, oleh karena atas biaya perusahaan, kami tinggal di hotel selama training. Tapi ketika kami extend, selama1 malam, tentu kami mencari hostel yang lebih sesuai dengan kocek kami. Di Shanghai beberapa hostel memiliki karyawan yang bisa berbahasa Inggris. Ini akan memudahkan hidup kita yang tergagap dengan bahasa di sana. Kami kemarin menginap di BeeHome Hostel. Tempatnya bagus dan bersih juga strategis, dekat dengan gedung-gedung tinggi di Shanghai: SWFC dan Jin Mao. Oh ya, jika kamu ingin menginap di hostel-hostel ini, ada baiknya memesan terlebih dahulu. Terutama ketika ada acara seperti Shanghai Expo, hostel-hostel di sini pun penuh padat.

Makan ini, makan itu, beli ini, beli itu

Makan dan belanja tentunya menjadi hal-hal primer juga di sana. Lagi-lagi kendala bahasa pasti menjadi masalah ketika kita makan di restoran atau ketika berbelanja. Jika ke restoran, pastikan di buku menu ada gambar makanannya. Itu akan jauh memudahkan kita untuk memesan. Tinggal tunjuk saja gambar makanan yang kita inginkan, beres deh.

Untuk urusan belanja, kalkulator wajib hukumnya dibawa. Atau jika tidak membawa, gunakan kalkulator yang biasanya tergeletak di toko. Kalkulator ini akan memudahkan transaksi kita dengan si penjual. Kemarin kami belanja-belanja di Nan Jing Road dan di Yuyuan Garden. Di dua tempat ini, meski kadang sudah ada tempelan harganya, jangan sungkan-sungkan menawar. Biasanya mereka memasang harga 2-3 kali lipat. Ya, seperti kalau belanja di Malioboro, Jogja lah 😉

Jalan-jalan di Shanghai

Seorang sahabat menyarankan untuk berburu senja di kota Shanghai. Namun ketika kami sedang di sana, cuaca seringkali mendung dan hujan sesekali menghampiri. Tapi lagi-lagi itu tidak menjadi alasan kami untuk tidak jalan-jalan. Tersebutlah beberapa tempat yang wajib dikunjungi ketika kita di sana: Yuyuan Garden yang dipenuhi oleh bangunan a la Cina kuno yang cantik-cantik. Ditengahnya pun terdapat Tea House yang dikelilingi danau kecil; The Bund, area publik tempat melihat bangunan-bangunan menarik dari pinggir sungai Huang Pu; SWFC atau Shanghai World Finance Center, bangunan dengan ketinggian 492m, untuk melihat kota Shanghai dari ketinggian. Akan ada sensasi tersendiri berada di bangunan dengan ketinggian 100 lantai 🙂 Selain itu, ada Shanghai Expo. Tapi Expo ini akan berakhir di bulan Oktober. Karenanya, jika kamu berpergian dalam hari-hari ini, sempatkanlah ke sana. Menarik loh expo ini.

Ada tempat yang belum sempat saya kunjungi, yakni Shanghai Museum. Saya juga belum merasakan pengalaman seru menaiki kereta super cepat Maglev.

Iya, rasanya saya memang harus pergi lagi ke sana untuk bisa bercerita lebih banyak tentang kota ini ke kamu. Semoga saya juga mendapat senja yang katanya aduhai indah itu.

virtri
Latest posts by virtri (see all)

4 thoughts on “Aduhai Shanghai!

  1. aku jadi inget cerita alm. bapakku kala beliaw ke daratan Cina, Korea, ato Jepang. Konon, saking gagapnya mereka berbahasa inggris, bapakku dan teman2nya yang juga tak kalah gagap berbahasa mandarin, jadi lebih fasih bahasa tarzan. hahaha….
    hmmm…kapan ya bisa jalan ke negeri Asia Timur?

  2. Hmmmm kayanya shanghai kota yang ramah….klo bulan ini suhunya berapa yah karena oktober ini gue mau kesana pertama kali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.