Singapore on a shoestring! (part 3)

Hari Ketiga

Belajar dari pengalaman di hari pertama, kami sarapan dengan porsi 2 telur hari ini. Kami harus lebih matang dalam mempersiapkan hari dengan perut lebih berisi, bukan? Hehehe.

Singapore Art Museum

Singapore Art Museum
Singapore Art Museum

Tujuan pertama kami adalah Singapore Art Museum (SAM). Kami penasaran dengan isinya. Dari promosi yang ada di Majalah MUSE yang kami ambil di National Museum hari sebelumnya, museum ini harusnya juga menarik. Turunlah kami di Stasiun Dhoby Gout dan berjalan menuju SAM.

Ada dua tempat yang tergabung dalam manajemen SAM. Selain bangunan utama, ada juga galeri-galeri yang terletak di 8Q, kurang lebih 100 meter dari bangunan utama. Letaknya di depan Gereja St. Paul and St. Peter (Kami bergurau kalau gereja ini maruk nama sekali. Mbok pilih, mau St. Paul aja atau St. Peter aja! Hihihi). Tiket masuk ke SAM ini $10 juga. Sudah untuk kedua bangunan.

sam1Yang dipamerkan dalam SAM cukup menarik. Bagus-bagus. Ya, saya memang bukan seorang yang memiliki daya artistik tinggi, tapi saya cukup bisa memaknai sebuah karya seni kok (dari kaca mata orang awam, hehehe). Salah satu yang sedang mengadakan pameran di salah satu galeri ternyata seorang warga Indonesia: FX Harsono 😀

Peranakan Museum

peranakanDari SAM, kami ke Peranakan Museum. Sebenarnya Peranakan Museum ini konsepnya sederhana. Hanya ingin memperlihatkan asal-usul warga bangsa ini, yakni terutama gabungan antara bangsa Cina dan Malaka. Tapi lagi-lagi karena dikemas dengan menarik, museum ini juga cantik.

Yang seru adalah di bagian galeri ruang tamu. Ada lukisan yang tiba-tiba bisa hidup menjadi video. Hahaha, hal itu sempat membuat kita kaget! Oia, sampai lupa.. di tiap museum yang kami kunjungi, selalu saja ada fasilitas, entah itu permainan atau lainnya buat anak-anak sehingga menarik mereka pergi ke museum. Dan terbukti loh. Selama kami melakukan tur ke museum, kami selalu berpapasan dengan anak-anak/pelajar. Perlu dicontoh nih!

Fort Canning Park

Utamanya kami mau ke Battle Box. Kami mau lihat benteng. Tapi ternyata Battle Box hanya salah satu ‘wahana’ yang ada di taman yang luaaaaaasss banget ini! Entah karena ini merupakan hari ketiga kami yang kami jalani dengan ‘jalan kaki’, atau memang karena faktor usia (ugh!), nafas kami mudah sekali menjadi tersenggal-senggal ketika menaiki anak tangga dan mengelilingi taman luas itu. Ditambah siang hari itu tiba-tiba hujan, sehingga kami harus berlari-lari mencari tempat perteduhan untuk beberapa saat lamanya.

Song Fa Ba-Kut-Teh

Capek berat, keujanan, laper! Huaah, obatnya ya cuma satu: makaaan enak! Dan kami benar-benar mendapatkannya: Song Fa Ba-Kut-Teh! Jika kamu mengaku penggemar makanan haram, buat saya, ini adalah tempat terenak untuk menikmati pork ribs selain di Nurie’s di Ubud, Bali. Di Nurie’s berbentuk grill, di sini bentuknya sup! Aih, nikmat benar dimakan di kala hujan gerimis! Letak restoran ini di depan Stasiun Clarke Quey. Harga makan+minum hanya $8. Hahaha, kenikmatan yang murah!

Friends’ Time!

Pagi harinya, saya sempat mengirim pesan di FB dan email mereka jika saya dan Kakilangit sedang berada di kota ini. Segera saja di pagi hari itu mereka mengirimkan pesan pendek ke telepon seluler saya untuk janjian bertemu, di hari itu juga! Nah, di sore hari itulah kita bertemu.

Pertama, sahabat SMA saya, Suzan. Saya lebih senang memanggilnya dengan nama Shoe. Sudah 2 tahun lebih dia tinggal di Singapore. Suaminya, yang juga teman SMA saya (awet bener ya mereka! Hihihi), sudah jauh lebih lama lagi tinggal di sini, sejak dia kuliah. Shoe sedang hamil! Senang! Kami janjian di Sommerset kemudian kami bercakap-cakap di salah satu kedai kopi di Food Republic. Ah, kopi Singapore tidak enak, asam. Saya lebih suka Kopi Kapal Api peneman saya di pagi hari saya di kantor. Untung saja saat itu judulnya waktu bercakap-cakap dengan sahabat. Kopi tidak enak pun tak masalah. Manisnya persahabatan mengalahkan asam & pahitnya kopi! (apaaa siiihh! Hihihi).

Kedua, sahabat saya ketika kuliah, Tintin. Beda angkatan, beda jurusan. Namun kami dekat gara-gara terperosok (hehehe) ke dalam satu organisasi yang saya namakan ‘keluarga kedua’ di masa kuliah saya; PMK Fisipol. Sahabat saya yang satu ini luar biasa! Kerja di luar negeri memang sudah menjadi cita-citanya sejak kuliah, dan dia membuktikannya! Hebat deh pokoknya! Kami bertemu di Swissotel, hotel tempat Tintin bekerja. Tepatnya, Tintin mengajak kami makan di Prego, salah satu restoran di sana. Hangatnya rasa persahabatan sehangat dan semanis wine yang kami nikmati sore itu.

City view from Swissotel, 65th Floor!

city-view

Ini juga tidak ada di daftar kunjungan kami. Namun berkat Tintin, kami bisa jalan-jalan ke gedung tertinggi di kota ini, dan menikmati pemandangan cantik dari atasnya, 65th and 68th Floor! A moment of breathtaking, demikian kami menamai saat-saat ini. Menakjubkan! (plus deg-deg-an juga sih.. takut ketinggian!)

Malam hari kami tutup dengan menyusuri tepian Singapore River di sisi yang berbeda dari malam sebelumnya. Di dekat Clarke Quey tepatnya. Es krim $1 menjadi teman kami menikmati malam.

central22

central1

central3

virtri
Latest posts by virtri (see all)

3 thoughts on “Singapore on a shoestring! (part 3)

  1. eh, tintin di sana toh? wah tau gitu…..
    titip pesan buat tintin, aku pernah lihat sekilas mata Swissotel di negeri Swiss, asalnya. hihihihi…..

Leave a Reply to dewi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.