Menatap Langit

Malam ini aku menatap langit. Ada bulan sabit cantik yang didampingi satu bintang di sebelahnya. Sabit yang tidak seperti sendok yang mencekung, spion yang mencembung, atau payung yang melengkung ke bawah; sabit yang kulihat kali ini melengkung ke atas; membentuk satu simpul senyum.

Mungkin bulan memang sedang tersenyum; mengetahui ada satu bintang yang selalu ada di dekatnya. Iya, kalau kamu senang memperhatikan langit, selalu ada satu bintang yang kerap berada di sisi bulan, saat semua bintang yang lain tak nampak.

Kamu tau, ada satu pemandangan bulan yang berdampingan dengan satu bintang yang sangat kuingat jelas dalam benakku. Kala itu tengah malam. Aku dan kamu berjalan kaki menyusuri jalan malioboro di kota kita. Kita menyusurinya dari utara ke selatan kemudian kembali lagi dari selatan ke utara. Sepi. Hanya beberapa pasang mata yang menemani kita di sepanjang jalan yang bukan main gaduhnya pada siang hari. Dan ketika kita menatap langit, kita terpana; bulan berada tepat di atasku, dan bintang di atasmu. Kita tersenyum. Aku dan kamu; bulan dan bintang. Kamu mengingatnya?

Dari jalan malioboro, bulan dan bintang terus menemani kita berkisah; di bangku panjang stasiun, di lorong gerbong kereta yang menuju ke Timur, di sebuah becak, di bus yang melaju cepat, sampai di suatu tempat yang kita sebut ujung pelangi. Di ujung pelangi itu, bulan dan bintang sangat dekat dengan kita, begitu dekatnya hingga hampir saja kita raih dan bawa pulang; menjadi oleh-oleh dari sang fajar saat embun muncul dengan malu-malu. Ah, kamu pasti ingat saat itu.

Aku suka menatap langit di malam hari. Tidak selamanya langit cerah, namun tak selalu juga ia kelam. Dan bulan dan bintang yang menggantung di sana, tidak pernah mereka gentar akan pekat. Kebersamaan mereka. Ya, mungkin itu yang membuat mereka tetap di sana; tersenyum dan bercahaya.

Aku suka menatap langit di malam hari; terutama langit yang dihiasi sebentuk bulan dan sebentuk bintang.

Aku suka menatap langit; seperti aku suka menatap dalam dan teduhnya tatapan matamu.

-Cuma mau bilang kalo aku kangen kamuJ

virtri
Latest posts by virtri (see all)

One thought on “Menatap Langit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.