Pulau Komodo, Pulaunya Si Komo dan Teman-temannya

Hari ke-7, Pulau Komodo
Hari ke-7, Pulau Komodo

“Macet lagi, macet lagi, gara-gara Si Komo lewat.”

Lewat lagu Kak Seto itulah pertama kali saya kenal dengan Komodo. Ketika bertambah besar, barulah juga saya tahu bahwa Komodo hanya ada di beberapa tempat di kebun binatang dan habitat aslinya ada di pulau yang bernama Pulau Komodo (juga tetangganya yang bernama Pulau Rinca).

Setelah berhasil melewati tidur bermalam di kapal kecil di sekitar area Pulau Kelelawar, pagi hari jam 6 kami bangun, menyaksikan terbitnya matahari, lalu bergegas ke Pulau Komodo. Kami ingin berjumpa dengan banyak komodo, itu tujuan kami dan menurut pengalaman di Pulau Rinca, waktu yang tepat adalah pagi hari.

Yuk ke Taman Nasional Pulau Komodo
Yuk ke Taman Nasional Pulau Komodo

Tiba tepat pukul 7 pagi, tepat di jam buka kantor Taman Nasional Komodo, kami harus menunggu sebentar karena rangernya belum semuanya siap bertugas. Ada beberapa poster tentang legenda asal muasal komodo yang bisa dibaca di situ. Inti cerita itu, Ora, demikian para penduduk tersebut menyebut Komodo, adalah anak kembar dengan seorang bayi manusia, lahir dari seorang Putri. Itu sebabnya manusia dan komodo harus bisa hidup berdampingan dan saling melindungi. Dan menurut cerita ranger kami yang adalah penduduk asli Pulau Komodo (iya, ada perkampungan penduduk di sini) komodo sering datang di waktu sore ke perkampungan dan tidak mengganggu penduduk. Seru ya.

Pak Arifin, itu nama ranger kami. Dia menemani kami berempat yang sok-sokasok-sokan ambil jalur trekking skala panjang (long trekking). Mengapa kami mengambil long trekking yang berjarak 4km itu lebih karena kami ingin melihat sarang naga (dragon nest) dan berharap kemungkinan bertemu komodo lebih banyak. Bonnie dan Chuck, oma dan opa keren itu juga oke-oke saja dengan pilihan long trekking. Jadilah kami menempuhnya.

Mengintai komodo dari lensa kamera
Mengintai komodo dari lensa kamera

Tak jauh dari tempat kami mengawali trekking, kami menemukan 1 komodo besar yang sedang tidur-tiduran. Di dekat dragon nest, kami menemukan lagi 1 komodo kecil. Setelah memanjat bukit dengan pemandangan indah, dekat bukit sulfur, 1 ekor lagi kami temui. Lalu di jalan pulang dekat pantai kami bertemu sekitar 3 ekor besar dan sedang. Di dekat dapur adalah yang unik, kami menemui 2 ekor komodo yang sedang dikejar-kejar babi hutan. Ya benar, kamu tidak salah membaca. Komodo yang berukuran sedang itulah yang takut dengan babi hutan. Lebih lucu lagi, si babi hutan, lari-lari dikjar oleh burung gagak. Hahaha. Jadi, rantai atas predator itu ternyata burung gagak. Cukup lama kami menikmati interaksi komodo-komodo yang jika berjalan gagah itu.

Ah, seru sekali. Di hari itu kami menemui banyak sekali komodo. Kurang lebih ada 9 ekor dan kebanyakan sedang dan besaaaarr. Ranger kami, Pak Arifin juga menyenangkan sekali. Dia bertugas dengan baik dan sepertinya dia menyukai pekerjaannya. Dia menikmati saat-saat ketika menjelaskan ke kami tanpa terburu-buru, dia mengambil buah-buahan liar yang rasanya asam sekali dan meminta kami mencobanya. Dia membukakan jalan dengan lihai ketika ada jalur trekking yang tertutup. Pokoknya, aku padanya deh.

Komodo-komodo yang  gagah
Komodo-komodo yang gagah

Terlalu lama di Pulau Komodo, kami kesiangan jika ingin bertemu para manta di Manta Point. Tapi tak mengapa, jika ke Manta Point, tidak bisa jika hanya snokeling karena mereka di sini ada di arus yang kuat dan biasanya ada sedikit di bawah, tidak di permukaan. Begitu cerita para skin divers yang kami temui di sore harinya.

Siang dan sore setelah kami ke Komodo kami habiskan di Pantai Merah Jambu (lagi) karena kami tidak bosan-bosannya snorkeling-an di sana. Lalu sore harinya kami ke Pulau Kanawa untuk snorkelingan di sekitar dermaga dan bertemu lion fish, patrick dan berbagai ikan biota laut lainnya.

Ternyata si Komo dan teman-temannya tidak semenakutkan itu. Wajar Kak Seto menggambarkannya sangat ramah dan membuat anak-anak ingin berteman dengan mereka. Kalau Komo lewat memang membuat macet, lha memang dia ditunggu dan dicari baik oleh wisatawan lokal dan terutama para wisatawan mancanegara karena habitatnya hanya terbatas di Indonesia. Semua menanti dan mengagumi kegagahannya dan terinspirasi untuk membuat banyak cerita, menjadi asal muasal cerita naga.

Saya dan Si Komo
Saya dan Si Komo
virtri
Latest posts by virtri (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.