Jika kamu punya duit kurang dari 2 juta, mau jalan-jalan akhir pekan ke pulau cantik tanpa harus repot mengurus ini-itu sendirian, ke Belitung bisa jadi pilihan.
Iya, tidak sampai 2 juta dan itu sudah termasuk tiket pesawat pp Jakarta – Tanjung Pandan, hotel bintang 3, sewa mobil lengkap dengan pemandu/supirnya, sewa kapal untuk loncat dari satu pulau ke pulau kecil lainnya, makan minum dan snack semua ditanggung, pokoknya tinggal tahu beres!
Tinggal membawa diri dan hati yang riang gembira untuk menikmati alam dan untuk bersenang-senang sepanjang hari. Um, untuk bermalas-malasan dan bobo-bobo cantik juga. Hehe.
Minggu lalu saya ke sana! Rencana awalnya jalan-jalan berempat dengan formasi grup jalan-jalan ke Chiang Mai tahun lalu. Namun, rencana kandas karena tubuh sakit datang tak diundang ke kedua teman, Sharon dan Anie! But the show must go on! Meski tinggal berdua, 50% dari rencana awal, saya dan Ola tetap jalan!
Sabtu Seru!
Diawali dengan subuh yang drama, kami berangkat dengan pesawat Citilink dari Jakarta pukul 05.55. Lama perjalanan satu jam saja. Pesawat kami tiba jam 06.55 dan pemandu kami sudah siap menanti kami di bandara. Jalan-jalan di kota cantik itu pun dimulai. Kami mengawali jalan-jalan dengan sarapan soto belitung! Cita rasa lokal supaya kuat bersenang-senang.
Kami mampi ke hotel sekitar 10 menit untuk mengenakan baju renang dan langsung segera berangkat ke Tanjung Kelayang, ke tempat perahu yang akan mengantar kami ke pulau-pulau kecil nan cantik bermuara. Kamu pernah ke Muara Angke? Jangan pernah kamu bandingkan Tanjung Kelayang dengan Muara Angke atau Ancol! Sangat jauh berbeda! Tanjung Kelayang sudah seperti tempat tujuan, bukan tempat awal. Cantik!
Puas di Pulau Lengkuas, Beruntung di Pulau Burung
Kamu pernah dengar Pulau Lengkuas? Pulau dengan pantai putih halus, batu-batu besar dan memiliki Mercu Suar eksotis sejak jaman penjajahan Belanda? Itu adalah tujuan kami. Dalam perjalanan menuju ke sana, kami melewati Batu Berlayar, Pulau Kepayang, Pulau Lutong. Semuanya berdekatan satu dengan lainnnya. Semuanya cantik. Obat pemuas mata dosis tinggi.
Kami sampai di Pulau Lengkuas ketika masih sepi, hanya kami. Kami langsung loncat ke laut bening untuk snorkeling bertemu ikan-ikan cantik yang langsung mengerubuti kami. Pemandu kami membawa roti untuk kami makan dan untuk dibagikan ke ikan-ikan.
Puas bercakap-cakap dengan ikan-ikan dan terumbu karang, lelah berenang-renang dan berfoto-foto di dalam laut, kami pun merapat ke pulau, menggelar terpal untuk tidur-tiduran sejenak sambil menikmati kelapa muda. Makan siang sebelum waktunya pun kami laksanakan. Lalu tidur-tiduran kembali sambil menikmati alunan lagu-lagu yang kami putar dari telepon selular.
Lalu ketika sudah banyak orang datang kami beranjak dari tempat kami tidur-tiduran dan kami ke sisi pulau yang lain, tempat batu-batu besar tersembunyi.
Puas kami mengambil foto-foto cantik di sana, kami pun beranjak dari pulau yang semakin ramai itu. Pulau Burung, itu tujuan kami. Garis pantai yang luas dan dangkalnya laut membuat pulau ini seperti kolam renang maha luas buat saya. Berenang dan berenang seorang diri sementara Ola kembali menikmati pantai dengan tidur-tiduran. Iya, benar-benar seorang diri. Beda dengan Pulau Lengkuas yang ramai, beruntung kami di Pulau Burung karena jarang ada yang berkunjung ke pulau ini.
Kami beranjak dari Pulau Burung setelah sudah puas tidur siang dan awan kelabu perlahan menggantung. Kami bergegas kembali ke Tanjung Kelayang dengan melewati Pulau Pasir yang dihiasi banyak bintang laut. Yup, Patrick’s place.
Kampung Dedaun, sebuah surga sederhana
Sore hari kami habiskan di Kampung Dedaun. Pantai pribadi yang dimiliki belitungisland.com tempat kami bisa dengan tenang membaca buku di kursi panjang pantai ditemani dengan pisang goreng hangat dan kopi hitam panas dihiasi pemandangan teluk yang tenang dan pasir pantai yang halus. Tempat pemberhentian yang sempurna, surga sederhana.
Kami juga sempat bermain kano di sana sambil menunggu matahari berjalan ke barat. Lalu kami bergegas mengejar matahari tenggelam ke Tanjung Binga, dermaga cantik dan apik. Senja saat itu idak ditemani oleh matahari bulat. Tapi warna lembayung jingga dipadu dengan khasnya dermaga selalu menawan hati saya. Ada anak-anak kecil yang loncat kian kemari dari dermaga ke laut juga menjadi pemandangan senja yang tak terlupa.
Minggu Ceria!
Bangun subuh hari itu sama-sama sulit baik buat saya maupun Ola. Tapi rajinnya pemandu kami dan pihak hotel menelepon kami, membuat kami terbangun juga. Berburu matahari terbit, itu tujuan kami.
Ada 2 titik tempat matahari terbit indah untuk disaksikan di tengah kota: pasar sekaligus dermaga dan Danau Kaolin. Kami pergi ke pasar. Tapi lagi-lagi, awan bulan November tidak membiarkan kami bertemu matahari bulat di saat ia terbit. Namun tak mengapa, bahwa rencana tidak selalu harus terwujud. Bertemu dengan kapal-kapal di pagi hari juga sudah menghibur hati.
Kami pun kembali ke hotel lagi karena hari masih pukul 6.00 dan kami melanjutkan mimpi indah kami yang terpotong satu jam sebelumnya. Hehe.
Ketika hari sudah terang, kami siap melanjutkan aktivitas minggu ceria kami. Seperti hari sebelumnya, makanan lokal lah yang membuat air liur kami mengambang, bukan makanan hotel. Kami skip sarapan di hotel dan kami makan mie belitung dan ke kedai kopi untuk menyeruput kopi hitam belitung.
Danau Kaolin, danau yang terletak di tengah kota adalah tujuan awal kami. Danau belerang berwarna hijau toska cukup sebagai pembuka hari
This is it!
Lalu kami ke Tanjung Tinggi, tempat yang menjadi terkenal karena ini adalah lokasi film Laskar Pelangi. Memang cantik. Cantik sekali tempat ini. Batu-batu granit raksasa ini akan membuatmu tak berhenti berdecak kagum. Ya, apalah arti manusia di depan batu-batu raksasa dan gunung, demikian kata Jane Austen, penulis ternama itu.
Ditambah paduan laut biru, arakan awan dan pantai putih yang membentang, lukisan Sang Agung.
Saya dan Ola seperti anak-anak kecil yang baru mendapat mainan baru, kami menelusuri dengan ceria satu tempat ke tempat lainnya, loncat dari satu batu besar ke batu besar lainnya hingga membuat pemandu kami yang baik hati itu kepayahan.
Aaahhh, menyenangkan!! Perjalanan akhir pekan ini adalah bagian dari mimpi saya untuk menjejak negeri ini dan menjejak dunia dari satu tempat ke tempat lainnya, dari sudut satu ke sudut lainnya, menemukan surga-surga sederhana.
Kami makan siang di pinggir pantai dan kembali ke hotel untuk bersantai menutup hari.
“Mimpi-mimpi kita adalah milik kita sendiri, hanya kita yang tahu apayang dibutuhkannya untuk membuatnya terus hidup” – Paulo Coelho
PS: Thanks Ola untuk kencan cerianya! Sharon, Anie, you two definitely need to go this awesome place!
- Tato - 28 February 2024
- Pandemi berakhir! - 22 July 2023
- Rutinitas Baru - 19 June 2023