Embrace your passion. Live a life of action. Build our nation.
Kata-kata ini sangat mengena sejak pertama kali saya mendengarnya dari salah satu stasiun radio dalam perjalanan saya menuju ke kantor di suatu pagi yang cerah. Selain enak didengar karena dirangkai dengan tiga rima yang sama, saya benar-benar menyukainya karena makna di dalamnya: bekerja sesuai kesukaan (passion sebenarnya lebih dari sekedar kesukaan, apa ya bahasa Indonesia yang tepat untuk itu?), bekerja dalam tindakan (tidak sekedar ngomong doang), dan pada akhirnya bekerja untuk memberi sesuatu yang bisa memajukan bangsa atau masyarakat. Bisa memberi makna pada orang lain.
Sejak pagi itu, saya pun semakin sering mendengarnya. Iya, jika salah satu radio favoritmu adalah Hard Rock FM dan kamu tinggal di Jakarta, maka kamu akan sering mendengar kata-kata atau slogan tersebut. Ini berasal dari Program CareerCoach yang dibawakan Rene Suhardono di radio tersebut.
Dari telinga naik ke mata, dari mata turun ke hati. Dari beberapa kali mendengarkan programnya Rene di radio, saya barusan ini membaca bukunya, dan saya cukup jatuh cinta pada bukunya. Buku Rene yang baru saya baca itu berjudul Your Job Is NOT Your Career.
Biasanya saya paling ogah jika membaca buku-buku motivasi, kiat-kiat , atau sejenisnya. Saya tidak suka digurui (tapi senang menggurui, hehehe). Tapi ternyata buku ini beda. Menarik. Gaya tutur Rene sama sekali tidak menggurui, pun tidak menghakimi. Penjelasannya sederhana dan enak dibaca. Ditambah terdapat ilustrasi di sana dan sini untuk memberikan analogi tentang apa yang sedang dibahas. Lucu-lucu deh gambarnya.
Secara singkat, buku ini menegaskan pada kita bahwa pekerjaan tidak sama dengan karir. Untuk mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup dalam pekerjaan dan karir, kita harus mengetahui dulu apa passion kita, mengerti tujuan hidup kita, dan nilai-nilai apa yang kita miliki dan ingin kita bagi.
Pembahasannya juga cukup realistis dan tidak mengada-ada atau mengawang-awang. Misalnya, tentang Segitiga Karir. Tersebutlah di sana ada Gaya Hidup (me-time dan waktu dengan keluarga), Kompensasi (uang karena hasil kerja), dan Kepuasan Kerja (kepuasan dalam bekerja & berprestasi). Saya menafsirkan ini dengan Ada pilihan, tentu ada konsekuensi. Kalau prioritas kita adalah Gaya Hidup, kita bisa pulang teng-go dan mendapat banyak waktu untuk diri sendiri, teman-teman & keluarga, tapi konsekuensinya kompensasi kita mungkin tidak maksimal karena waktu yang (sebenarnya bisa) kita berikan untuk pekerjaan kita alokasikan untuk gaya hidup kita. Atau, ketika kita memilih Kepuasan Kerja, tidak ada lagi istilah I hate Monday! dan seterusnya.
Lalu, bagaimana dengan saya, pekerjaan saya & karir saya? Apakah saya menikmati pekerjaan saya sekarang ini? Apa passion saya sebenarnya dan karir seperti apa yang sedang saya bangun? Adakah pengaruh buku tersebut terhadap saya yang seringkali dilanda rasa ingin menghadapi tantangan baru dalam bekerja? Tentu saja ada! Mau tau detilnya bagaimana? Gak seru donk kalau saya tulis di sini (baca: berbahaya! *celingak-celinguk apakah si bos ada di sekitar* hehehe)
Lebih baik kita berbagi cerita sambil menyeruput kopi saja, yuk!
- Tato - 28 February 2024
- Pandemi berakhir! - 22 July 2023
- Rutinitas Baru - 19 June 2023
Gimana? Gimana detilnya?!
Kelama’aaaan nungguin ketemu duduk2 sambil minum kopii!!!! Cepeeettt! Penasaran niiih!
ini ta tambahi list bacaan2 yg laen,, moga2 gak menggurui http://post.ly/mZkg
btw salam kenaaal 😀
thanks sekar buat rekomendasinya 🙂