Belakangan ini saya lagi dihinggapi rasa takut kehilangan. Bukan, bukan takut kehilangan dompet atau telepon seluler, karena dua benda ini termasuk hal yang biasa hilang bagi saya. Alasannya bukan karena saya kaya, tapi karena saya super teledor! Duh! 🙁
Bukan juga takut kehilangan pacar, karena kalau pacar sampai hilang, ya di telepon saja, pasti ketemu! Kan kita sama-sama punya telepon seluler. Eh,tapi kalau telepon seluler saya lagi hilang? (Yaaa, mari kita gunakan peluang ini untuk cari pacar baru! hihihi)
Saya kemudian mencoba membuat daftar tentang hal apa saja dalam diri saya yang akan membuat saya takut jika harus kehilangan. Bagi saya setiap manusia terbangun dari susunan fisik, pikiran dan hati. Bahasa ngetopnya Body, Mind and Heart.
Body
Saya sempat berpikir, apakah yang akan terjadi jika saya kehilangan anggota tubuh saya?
Misalnya kedua mata saya, hingga saya tidak bisa melihat indahnya alam dan indahnya senyum yang terlukis di wajah manusia-manusia di sekitar saya.
Atau telinga saya, sehingga saya tidak bisa mendengar alunan musik jazz yang biasanya saya nikmati di kala saya bekerja, atau deru suara ombak yang membuat hati tergetar ketika saya menikmatinya di pinggir pantai, atau juga suara merdumu, gelak tawa canda, dan senggukan tangis kita.
Atau lidah saya, sehingga saya tidak bisa lagi mengecap nikmatnya nasi putih yang masih mengepulkan panas dengan kombinasi tempe goreng, pete bakar, terong rebus dan sambel terasi pedas (slurp, saya jadi meneteskan air liur ini, hehehe), juga aneka makanan minuman lain yang luar biasa sedap itu.
Atau tangan dan kaki saya, sehingga saya tidak lagi dapat beraktivitas dengan wajar, saya tidak lagi dengan mudahnya berpetualangan menjelajahi pelosok nusantara dan meraih mimpi saya mengarungi dunia.
Ah, tentunya sangat tidak mudah jika saya kehilangan satu atau beberapa bagian anggota tubuh saya. Namun, saya teringat akan orang-orang hebat yang tetap bisa menjalani hidup mereka dengan segala kekurangannya dan hidup mereka begitu luar biasa, begitu bermakna, lebih dari mereka yang sempurna secara fisik.
Dan saya berpikir, saya pasti akan sedih tak terhingga jika harus kehilangan anggota tubuh saya, tapi saya pikir, saya akan bisa menjalaninya jika hal tersebut terjadi pada saya (meski saya tidak mengharapkannya).
Mind
Sebagai orang yang memiliki kepercayaan diri berlebih, saya cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa saya merasa diri saya cukup cerdas (*gubrak! narsis to the max mode on, hehehe*). Cerdas yang dimaksud di sini adalah kemampuan berpikir dan menalar (jadi, banyak toh yang termasuk orang cerdas, termasuk kamu juga :)).
Saya tidak pernah terganggu dengan penampilan fisik saya, saya tidak pernah ambil pusing dengan standar kecantikan yang ditetapkan oleh masyarakat. Saya tidak pernah iri dengan mereka yang dikatakan cantik dan seksi. Saat ini kulit saya sawo gosong, rambut saya pendek, wajah saya kusam berjerawat, badan saya kurus tidak berbentuk, tapi saya tetap merasa saya cantik. Saya jarang sekali terganggu dengan apa kata orang jika terkait dengan masalah fisik.
Namun jika terkait dengan masalah kecerdasan, jika saya dikatakan bodoh, lambat, kurang berpengetahuan, seringkali saya terusik, tidak gampang terima. Ketika melihat orang-orang di sekitar saya yang cerdas dan tokoh-tokoh yang pandai, saya kagum dan iri, ingin seperti mereka dan kamu. Iya, kamu yang sedang membaca tulisan ini.
Meski tidak secerdas mereka dan kamu, saya pikir saya masih masuk dalam kategori cukup cerdas. Saya termasuk pembelajar yang cepat. Saya juga cukup mampu mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang di sekitar saya dan memiliki pendapat jika ditanya. Selain itu, saya juga cukup punya sedikit keahlian saya untuk menalar hal-hal yang cukup rumit, memahami hal kompleks dan menganalisanya (kok jadi mengiklankan diri begini, maaph:p)
Akhir-akhir ini, karena tekanan pekerjaan yang sedang tinggi, saya merasa otak saya melemah, tidak bekerja semaksimal biasanya. Dan saya mulai merasa kecerdasan saya menurun 🙁 Saat-saat kecerdasan menurun seperti ini membuat saya sebal. Lalu saya berpikir bagaimana jika saya benar-benar kehilangan kemampuan berpikir saya, kecerdasan saya seutuh-utuhnya? Saya kehilangan kemampuan untuk mencerna buku yang saya baca, saya tidak bisa menuliskan apa yang ada di pikiran saya, saya tidak bisa memberikan opini tentang suatu hal.
Fiuh, ketika saya kehilangan kecerdasan, hal itu pasti akan membuat saya frustasi, rasa percaya diri saya akan hilang terbang seketika. Tapi setelah saya resapi dalam-dalam, mungkin saya akan tetap baik-baik saja juga. Kepercayaan diri saya luntur, namun saya masih akan ada. Keluarga dan sahabat-sahabat saya pasti akan selalu setia hadir bagi saya dan mencintai saya dengan apa adanya saya.
(Duh, saya kok tiba-tiba jadi merasa bersalah jika selama ini saya kerap bercanda, mengganggu teman-teman saya yang tidak cepat bereaksi jika diajak bicara, tidak sabaran dengan mereka yang tidak bisa mengeluarkan pendapatnya, dan kadang menganggap rendah orang-orang yang yang selama ini dikatakan memiliki tingkat intelejensi rendah menurut standar IQ masyarakat kita. Ah, maafkan saya yaa..)
Heart
Jika kehilangan anggota tubuh dan kecersasan membuat saya sedih tapi saya yakin masih bisa mengatasinya, ada hal penting yang saya rasa saya tidak sanggup jika harus kehilangannya: hati.
Iya, bagi saya, inilah inti dari hidup manusia. Hatilah yang membuat saya amat sangat takut jika kehilangannya.
Kehilangan hati berarti kehilangan iman. Saya akan kehilangan kepercayaan saya kepada Tuhan. Hatilah yang selama ini membuat saya percaya kepada hal-hal yang tidak terlihat, yang tidak kasat mata. Hati memampukan saya merasakan keberadaan kasih Tuhan dalam dunia. Hati membuat saya berharap akan kehidupan setelah dunia ini tidak ada. Jika hati hilang, yang tersisa adalah kekosongan jiwa dan matinya pengharapan.
Kehilangan hati berarti kehilangan seluruh perasaan dalam diri. Saya tidak bisa membayangkan jika saya kehilangan hati. Saya tidak lagi bisa merasa bahagia, sedih, bangga, cemas, kagum, khawatir, senang, semangat, puas, kecewa, iba, bersyukur dan seluruh warna perasaan yang ada di dalamnya. Hampa.
Kehilangan hati berarti kehilangan welas asih terhadap sesama; hidup yang menjadi tidak bermakna, ketidak pekaan terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, ketidakpedulian terhadap keluarga, sahabat, teman, orang lain, dunia, dan alam.
Kehilangan hati berarti kehilangan cinta.
Kehilangan hati berarti kehilangan hidup.
- Tato - 28 February 2024
- Pandemi berakhir! - 22 July 2023
- Rutinitas Baru - 19 June 2023
yah , hati inti dan saripati dari manusia,
penjaga smua unsur tubuh yang rapuh ini,
salam !
harus seimbang fungsi hati(heart), otak (mind), dan tubuh (body). baru deh bisa dibilang “manusia sehat” (loh, ini komen gabungan sama Tips Sehat A la Virtri).
kalo tubuh loyo, ga makan atau kurang olahraga, kan mempengaruhi otak (jadi telmi), atau stress, hati tak tenang, gundah gulana. Otak ga dipake juga ga ngerti makanan sehat kayak apa, ga ngerti cara memahami (hati/psikis) orang lain. Jangan juga kebanyakan pake hati tapi ga pake otak, bisa dimanfaatkan orang2 tuh atau jadi mellow2 ga asikk gitu 😀
yah… begitulah. cukup sekian sok tau dari saya :p
@warm
salam kembali, mas warm! 🙂
@mirsa
hihihi, mari kita kembangkan rasa sok tau kita, kak!
dengan begitu otak & hati kita akan terasah 😀