Yuk Naik Pesawat Indonesia!

pesawat

Saya baru saja mendarat dalam perjalanan Jakarta – Jogja. Naik salah satu maskapai penerbangan negeri ini yang terkenal dengan harga murahnya. Awalnya saya sempat khawatir, mengingat maraknya kecelakaan di udara belakangan ini. Namun apa daya, dompet saya mengarahkan saya naik pesawat ini! 🙂

Dalam perjalanan tadi, tiba-tiba terlintas di benak saya: hidup di suatu negara itu tak ubahnya seperti naik pesawat, tentu saja dengan kompleksitas yang berbeda.

Kita namakan saja negara yang saya diami ini bernama Pesawat Indonesia. Kapten penerbangan, yakni si pilot adalah presidennya. Di sampingnya duduk co-pilot, yaitu wakil presiden. Awak kabin adalah mereka yang duduk di pemerintahan lainnya (misalkan para menteri, anggota  DPR, dsb) yang bertugas melayani (catat: melayani!) kita para penumpangnya, yang saya analogikan sebagai penduduk bangsa, yang sudah membayar tiket untuk naik pesawat tersebut. Anggap saja tiket adalah pajak yang kita bayarkan untuk memberikan gaji pada mereka.

Pesawat Indonesia ini sedang terbang menuju suatu tempat, yakni kehidupan bangsa yang lebih baik.

Bayangkan jika awak kabin tidak bekerja dengan baik. Mereka memberikan petunjuk prosedur keselamatan dengan asal-asalan, bukannya menyapa kita dengan senyum tulus, eh malah marah-marah sambil teriak-teriak, lalu bukannya membantu penumpang untuk menyimpan barang bawaannya di kabin, eh malahan mengambil isi barang bawaan para penumpang tanpa ketahuan (hmm, jadi mengingatkan saya pada korupsi yang terjadi di negeri ini). Tentu kita sangat tidak nyaman dengan keadaan ini.

Kemudian, bayangkan jika sang pilot dan ko-pilot tidak bekerja dengan benar. Dalam mengendalikan pesawat mereka main-main, sembarangan pencet2 tombol, sibuk foto-foto bergaya untuk dipasang di facebook, atau mungkin malah main catur berduaan. Alhasil, pesawat akan melaju dengan naik turun, ke kanan ke kiri dan oleng tak karuan. Mual dan mabuk akan menjadi santapan utama para penumpang selama di pesawat.

Dan para penumpang tak bisa sembarangan minta diturunkan di tengah-tengah perjalanan seperti halnya naik bis atau ojek. Jika pun dibolehkan turun,  meski minum Coca Cola Zero atau Sprite Zero lima galon, rasanya tetap saja kita tidak bisa melayang di udara dan mendarat dengan selamat.

Sementara, melalui kaca jendela kita melihat pesawat-pesawat lain, yakni pesawat-pesawat luar negeri. Pesawat-pesawat itu  melaju dengan cantiknya, mulus sekali. Beberapa penumpang yang memiliki teropong mencoba melihat ke bagian depan pesawat-pesawat itu. Ah, betapa seriusnya pilot dan ko-pilot dalam mengemudikan pesawat. Dan raut muka-muka itu, mereka menampakkan rasa tanggung jawab terhadap keselamatan pesawat dan penumpangnya. Lalu, ada penumpang yang dengan sengaja memperhatikan seragam pilot-pilot tersebut. Pada bagian label namanya terbaca gelar edukasi pilot-pilot tersebut. Fiuh, wajar saja jika demikian, ujarnya.

Banyak dari pesawat-pesawat itu yang lepas landas (baca: merdeka) setelah Pesawat Indonesia lepas landas. Namun saat ini, posisi pesawat-pesawat tersebut telah melesat jauh di depan pesawat Indonesia, ribuan langkah lebih maju bahkan.

Saya pun berhenti melamun dan mencoba berpikir realistis. Ah, tidak sepenuhnya kehidupan berbangsa dan  bernegara ini seperti halnya ketika kita naik ‘Pesawat Indonesia’ yang saya ceritakan rupanya. Iya, sebagian besar dari kita tidak bisa memilih mau menjadi warga negara Indonesia atau tidak. Lebih sering keadaannya adalah keadaan terpaksa. Plong, oeekkk…oeekkk.. ketika keluar dari rahim ibu kita, kita memiliki orang tua yang adalah penduduk Indonesia. Mau pindah kewarganegaraan, repot & mahal. Akhirnya kita memilih untuk tetap menjadi bangsa ini.

Tapi kita bukan bangsa yang pasif, penumpang pesawat yang tidak bisa apa-apa. Kita bisa menentukan siapa yang pantas menjadi awak kabin kita, dan terutama siapa pilot dan ko-pilot kita, apakah mereka berkompetensi memimpin penerbangan ini atau tidak. Kita punya hak untuk menentukan ke mana Pesawat Indonesia ini akan menuju dengan memilih presiden, wakil presiden, dan pemerintah yang tepat.

Selamat menyongsong pemilu presiden! 🙂

*bandara adi sutjipto, jogjakarta –

virtri
Latest posts by virtri (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.