Once upon a time, we watched “Once, The Musical”


Dua tahun yang lalu, kami melakukan perjalanan pertama kami ke negeri kangguru. Saya sebut perjalanan pertama karena saya berharap ada yang kedua, ketiga dan seterusnya (amin). 

Salah satu (dari banyak hal) yang berkesan dari perjalanan kami adalah ketika kami menonton pertunjukkan drama musikal yang menurut saya yang terbaik di antara semua drama musikal yang pernah saya tonton. “Once, The Musical” yang saat itu ditayangkan di Prince Theater, Melbourne. Kami termasuk pencinta filmnya (dan film-film garapan sutradara yang sama berikutnya yakni “Begin Again” dan “Sing Street”).

Di awal kami masuk ke dalam gedung teater, mereka sudah di atas panggung. Mereka tampil dengan lagu-lagu yang menghentak dan yang serunya adalah mereka mengajak jika ada beberapa dari kami para penonton yang mau naik ke atas panggung dan bersukaria dengan mereka. Saya tanpa ragu menyambut ajakan mereka. Kapan lagi saya bisa dekat dengan para pemain dan menjadi bagian dari pertunjukkan mereka. Lagipula, tempat duduk kami tidak di depan-depan amat, jadi ini adalah sebuah kesempatan untuk menatap sedalam-dalamnya wajah mereka dan merekamnya dalam memori supaya selama sisa pertunjukkan meski mereka kecil karena jauh, wajah mereka bisa terpampang jelas.

Saya begitu menikmati detik demi detik pertunjukkan itu. Suara mereka yang kuat dan merdu, lagu-lagu yang membuat emosi naik dan turun dan sering kali mengiris hati, ekspresi akting yang pas dan selipan-selipan komedi kecil yang membuat tawa.

Sebagian besar lagu tentu saja diambil dari filmnya. Tapi dalam versi Once, The Musical ini penggambaran karakter ‘Guy’ dan ‘Girl’ berbeda dengan versi film. Lalu set dekorasi juga pastinya berbeda dengan film. Keterbatasan ruang dan latar ternyata tidak menjadi kendala buat mereka. Adalah para pemain yang juga menjadi kru pengubah tata dekorasi. Mereka mengubah dengan dipadu musik, lagu dan tari sehingga penonton tidak merasa bahwa ini adalah bagian pergantian satu set dengan set lainnya.

Kami tidak keberatan untuk menontonnya lagi dan lagi jika pertunjukkan ini diselenggarakan di Jakarta.
Sederhana, tapi kaya. Tidak megah, tapi begitu meriah. 

virtri
Latest posts by virtri (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You can use markdown, yes that awesome markdown.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.