Siapa yang tidak kenal Ujung Kulon? Taman Nasional yang berada di ujung barat Pulau Jawa ini dikenal banyak orang sejak dari bangku Sekolah Dasar. Tempat kita menemukan badak bercula satu, demikian kata Bu Guru. Nah, kalau Baluran?
“Tempat apaan itu, Vir?”
“Apa? Di mana itu?”
“Heh?”
Ya, kira-kira begitulah kalimat yang muncul dari teman-teman saya ketika saya mengatakan kami ingin ke Baluran.
Saya juga belum lama mengenal Baluran. Saya mengenalnya dari kakak saya yang kuliah di Biologi dulu. Dia pernah menginap di Baluran bersama teman-temannya sekitar 17 tahun yang silam. Menurutnya Baluran seperti Afrika yang kita kenal melalui televisi. Menarik, pikir saya. Dan Kakilangit sang sahabat pun berpikir demikian (ah, kami kan memang sok sehati sepikir, hehe).
Hari kedua perjalanan kami setelah kami beristirahat sejenak di Banyuwangi sehabis badan remuk trekking di Kawah Ijen, kami beranjak ke Baluran. Kami ke Baluran menggunakan Jeep yang lagi-lagi bersama Mas Yudi dari @trans2ijen. Lah kalo sudah cocok dengan orangnya, ya sebaiknya diteruskan saja (ini kayak ngomongin jodoh, hehe).
Perjalanan dari Banyuwangi ke Baluran ditempuh sekitar 1 jam-an saja. Jalanannya aspal, licin, lancar, melewati pelabuhan ketapang, Pantai Watu Dodol, ya perjalanan menyisir pantai begitulah. Letak Baluran adanya di perbatasan Banyuwangi – Situbondo.
Masuk gerbang, kita akan disambut dengan kantor untuk membayar uang masuk dan uang sewa kendaraan jika kita menggunakan sedan. Karena kita sudah membawa Jeep, kita tidak perlu lagi menyewa kendaraan, hanya uang masuk saja. Tebak berapa harganya? Hanya Rp. 2500 saja!!!! Ya ampuuuunn, ini untuk kedua kalinya harga masuk tempat wisata bagus murah banget (setelah Kawah Ijen yang dikenakan Rp. 2000 saja!!!). Mungkin kalau harganya dinaikkan, banteng dan rusa yang ada bisa lebih gemuk, nyaman berkembang biak dan semakin banyak kita temui. Para petugasnya juga akan lebih bahagia tinggal di sana.
Dari gerbang kami menuju Savana Bekol, jaraknya 12 km, waktu tempuh sekitar 30-an menit. Jalanannya jelek tapi karena naik Jeep jadi gapapa. Di sepanjang jalan, kami menemukan merak dan ayam hutan.
Di Savana Bekol, kamu akan menemukan padang savana yang luaaaaaaass sekali. Savana ini membentang di antara pantai dan gunung, Gunung Baluran. Savana ini menghijau di musim penghujan, dan menguning di musim kemarau. Tak jarang juga hutan di beberapa bagian ini terbakar jika panas datang di kala kering benar-benar kerontang. Oleh karena ini bulan Maret, hujan masih kerap datang sehingga hijau yang kami temui.
Banteng adalah salah satu hewan khas taman nasional ini. Di beberapa pohon dan juga di satu pojokan savana, kita akan menemukan tengkorak-tengkorak banteng. Ada tempat penangkaran banteng yang bisa dilihat di area savana ini. Total banteng yang ada di kawasan ini berjumlah 300-an. Menurut saya bantengnya kurang gagah, kurang ganteng. Ya, mungkin sebabnya karena tiket masuk cuma Rp. 2500. Mengharap dana dari pemerintah? Ah sudahlah.
Spot paling cihui untuk menikmati Baluran? Tentu saja Menara Pandang! Di sini kita bisa menikmati pemandangan hijau, biru, kekuningan Baluran dari ketinggian sambil menikmati kicauan burung. Iya, hanya suara kicauan burung, desir angin, dan hanya sesekali terdengan deru motor atau jeep di bawah.
Ada satu lagi titik wajib kunjung di Baluran, Pantai Bama. Letaknya 3 km dari Savana Bekol. Pantai yang masih sepi. Ada wisma yang bisa disewa jika ingin bermalam di sini. Dulu kakak saya dan teman-temannya bermalam di sini. Mereka juga snorkeling di dekat pantai karena alam bawah lautnya juga bagus. Pantai ini menghadap ke Timur, cocok untuk menunggu hadirnya matahari di dini hari.
Jika dalam perjalanan Savana Bekol ke Pantai Bama kita banyak menemukan rusa, di Pantai ini, kita akan disambut banyak monyet-monyet. Mereka tak segan mengjampiri kita jika dilihat kita membawa makanan (lagi-lagi, mungkin saja mereka kelaparan).
Suka Indiana Jones? Coba ke Baluran deh!
- Tato - 28 February 2024
- Pandemi berakhir! - 22 July 2023
- Rutinitas Baru - 19 June 2023